Jumat, 16 Juli 2010

hm.

terbacakah anda tentang perasaan saya lewat tulisan ini ?
apapun itu bukanlah fakta, tapi kemungkinan.

kemungkinan yang terus saya lambungkan setinggi-tingginya. melayangkan asa yang jauh berlabuh ke arah mimpi.

saya tak banyak menuntut, tak pula mendesak.
selalu ada celah untuk sekedar kemungkinan.

terima kasih atas anda, segalanya. semua yang tak bisa dijalin satu-satu

untuk anda yang terlalu dekat dengan hati saya,
terima kasih.
untuk beribu kata terima kasih atas berbagai hal yang mungkin tersentuh atau tak tersentuh oleh anda dalam kehidupan saya.
dan mungkin pelajaran yang harus saya dapatkan ditengah-tengah perasaan yang mungkin bisa saja saya simpan.
karena anda,
saya tahu bahwa indahnya pelangi karena hujan,
hangatnya mentari pagi karena dinginnya malam.

tak perlu bersusah payah untuk mengerti saya, menghargai, atau sedikit menoleh.
saya disini.
tetap disini, dan menyimpan semuanya dalam kotak kecil abu-abu yang dengan paksa saya tanam di hat.
jangan hiraukan saya.
pergilah menjauh, jauh sejauh-jauhnya.
jika memang saya kenangan untuk anda, saya lebih baik menjadi itu.
hingga satu hari nanti anda akan tersadar, dan berbalik arah mencari saya.
saya masih disini,
dengan keriput kecil dan tulang yang merapuh. tapi tidak untuk kotak kecil abu-abu ini.

satu hari

jika saja satu hari saya bisa menjadi anda dan anda menjadi saya,
hingga saya tahu seberapa besarnya saya dimata anda, dan begitu berartinya anda dimata,hati,dan hari saya.
sehingga semua tulisan saya ini tak terasa sia-sia.

thats why

i love writing in the middle of the night,
cause i can remember ur face, ur voice, ur warm embrace.

Minggu, 11 Juli 2010

my birthday wishes. 12 juli 2010.


God, I'm one year older today.. I did not expect to have all of my dreams came true, but simply grant the best one for me and help me to comprehend and understand them..

God, I'm one year older today.. Please help me to accept the things that I can't and shouldn't have, and help me understand the difference..

God, I'm one year older today.. Please help me to have a good faith in people.. Please protect me from those who meant me harm..

God, I'm one year older today.. Please help me not to lose faith in you, I'm a slow learner.. Please be patient with me..

God, I'm one year older today.. Please help me take care of my mom, I know we argue a lot but I love her..

God, I'm one year older today.. Please help me take care of my siblings, I know I'm not the perfect role model, but I'm giving my best..

God, I'm one year older today.. Please let my dad and brother know that I loves and misses them, and that I prayed for them everyday..

God, I'm one year older today.. Please keep my friends save from harm, I'm happy when they are even thought I can't really show it..

God, I'm one year older today.. Please help me to be more thankful.. Help me keeping my feet stays on the ground.. I have too many things to be thankful for and still I keep asking for more..

God, I'm one year older today.. I'm not perfect but please teach me how to accept and love my imperfection.. Guide me and stay with me all the way.. Amin..

God, thank you for giving me another year to live, I'm really thankful for that.. I really do.. :)

h-1 jam.

11 Juli 2010 pkl. 23.00

tepat satu jam lagi, selamat tinggal angka satu di depan umur.

cerita pendek di malam rabu.

8 Juli 2010.
Suatu malam, sekitar pukul 8, di restoran mewah kawasan elit kota ini. Satu keluarga, tanpa Ayah, membunuh waktu untuk sekedar makan malam bersama. Tampak seperti biasa, makan malam keluarga pada umumnya. Pelayanpun menawarkan menu-menu mahal yang ada di restoran itu. Aku memilih menu yang tak biasa ku makan. Maklumlah, di sini aku hidup mandiri.
Wanita sebelah ku terlihat tak mengerti menu-menu yang ada di restoran mewah ini. Maklumlah, sejauh yang ku kenal dia memang begitu sederhana, dan memang tak membiasakan diri untuk bermewah-mewahan. Akhirnya ku pilihkan makanan untuknya. Dia malah menolak. “Minum aja, udah kenyang ni perut kan tadi juga udah makan” Katanya dengan pelan.
Waktu berjalan seperti biasa, sembari menunggu pesanan kami,tiba-tiba wanita yang duduk disebelah ku berceletuk “udah jam segini, mau solat isya dulu”. Dia berbicara dengan bahasa yang penuh kelembutan, air muka nya benar-benar menujukkan dia ingin sekali menghadap Tuhan. Aku tak bisa menolak, dengan langkah gontai aku mengantarkan dia ke musolla yang terletak tepat di pintu masuk restoran ini. Cukup jauh memang jaraknya dari tempat kami makan.
Di perjalanan menuju musolla, si wanita tak berhenti berbicara. Ia tampak senang. Dapat ku lihat itu dari senyum dan muka nya ,walaupun mulai terlihat garis kerutan. Aku hanya membalas kata-katanya dengan bahasa datar. Pikiranku hanya tertuju pada arsitektur restoran tersebut yang terlihat begitu asri. Dan akhirnya, sampailah kami di musolla kecil ini. Sangat kecil.
Aku masih tetap mengagumi keasrian restoran ini, arsitekturnya !
“Dimana tempat wudhu?” Tanya si Wanita tadi. Aku berjalan ke arah belakang Musolla. Ku tunjukkan sumur kecil beratapkan jerami. Si wanita langsung membuka jilbabnya, menggulung baju ,celananya, dan menghidupkan kran air. Seketika air jernih itu dibasuhkan ke tubuhnya. Satu persatu. Sementara aku hanya duduk di kursi tepat di sebelah tempat wudhu tersebut. Tak ada niat ku untuk ikut solat. Bahkan aku sibuk dengan telepon genggam ku sendiri.
Selesai wudhu, si wanita masuk ke mussola kecil itu. Lagi-lagi aku hanya duduk di kursi depan. Menunggu.
“Bangunannya bagus, berapa ya bayar arsiteknya” kata-kata polos yang sempat diceletukkan oleh si wanita sembari mengenakan mukena. Aku hanya diam, sebentar aku masuk ke mussola itu. Dengan nada datar aku hanya menjawab , “Pasti mahal ! ” sambil melihat ke atas bumbung bangunan ini.
Si wanita pun mulai solat, sangat kusyuk. Keheningan pun mulai menyapa. Ada getaran-getaran aneh yang ku rasakan saat duduk di depan musola ini. Entah apa. Ku coba untuk tak merasakannya. Tapi getaran itu semakin lama semakin terasa ‘berbicara’.
Sekitar 10 menit aku menunggu, sangat lama untuk ukuran orang solat. Dengan penasaran , aku mengintip di pintu, lewat kaca-kaca di pintu kulihat si wanita tadi yang sedang berdoa. Ia duduk bersila, mukena masih ia kenakan, bahkan air wudhu tadi masih bisa ku lihat di wajahnya. Tangannya yang mengeriput terlihat menengadah. Matanya terpejam. Aku mulai penasaran, apa yang di doakan oleh wanita ini. Ku tempelkan telingaku di kaca pintu itu, sambil menatap penuh rasa ingin tahu.
Seketika semuanya berubah. Aku tak sanggup mendengarkan suara yang ku dengar. Mata ini seketika memerah, aku menangis di tengah keheningan. Dengan lemas ku masukkan telepon genggam yang sedari tadi di tanganku ke saku celana. Aku terduduk diam di kursi.
Begitu indahnya doa yang ia susunkan, begitu banyak harapan yang ia tanamkan, begitu banyak ketakutan, kesedihan, kegembiraan yang terbaca di celah-celah doanya. Dan semuanya tentang aku. Ada namaku di sebut di doa nya. Entah berapa ribu kali nama ku yang ia sebut di doanya. Keningnya telah menghitam. Dan entah berapa kali ia bersujud di hadapan Tuhan, hanya karena merindukan ku yang merantau di kota orang.
Aku pun menghapus airmata tadi. Berusaha untuk tidak terlihat menangis, aku berkata dengan jantung yang berdetak hebat,
“Yuk mamak, kita ke atas lagi, pesanan udah dateng.”